Resume Kajian KMS
Tema : Kajian
Kitab Sirah
Belajar
Loyal dan Sabar Abu Ayyub Al- Anshari Radiyall’anhu
Narasumber : Ustadz
Agung Waspodo, MPP
Sudahkah kita mencintai
Rasulullah ? Bahkan sudahkah kita meneladani perilaku para sahabat
dalam menunjukkan kecintaannya kepada Rasulullah ?
Kajian KMS BSD Oktober
ini menghadirkan ustadz Agung waspodo, Seorang pemerhati sirah dan sejarah,
serta Dosen Universitas Negeri Jakarta. Berikut materi yang
diberikan oleh Ustadz Agung.
Penjamu Paling Awal di
Madinah
Ketika Rasulullah
memasuki kota Madinah, unta yang beliau tunggangi bersimpuh di depan rumah Bani
Malik bin Najjar. Maka beliau pun turun dari atasnya dengan penuh harapan dan
kegembiraan.
Siapakah orang beruntung
yang dipilih sebagai tempat persinggahan Rasulullah dalam hijrahnya ke Madinah
ini, di saat semua penduduk mengharapkan Nabi mampir dan singgah di rumah-rumah
mereka? Dialah Abu Ayub Al-Anshari Khalid bin Zaid.
Pertemuan ini bukanlah
yang pertama kalinya. Sebelumnya, sewaktu utusan Madinah pergi ke Makkah untuk
berbaiat dalam baiat Aqabah Kedua, Abu Ayub Al-Anshari termasuk di antara 70
orang Mukmin yang mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah
serta menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela.
Dan kini, ketika
Rasulullah bermukim di Madinah dan menjadikan kota itu sebagai pusat agama
Allah, maka nasib mujur yang sebesar-besarnya telah terlimpahkan kepada Abu
Ayub, karena rumahnya dijadikan tempat pertama yang didiami Rasulullah. Beliau
akan tinggal di rumah itu hingga selesainya pembangunan masjid dan bilik beliau
di sampingnya. Rasulullah tinggal selama 7 bulan di rumah Abu Ayub.
Mendahulukan orang lain
Abdullah bin Abbas
menceritakan suatu hari Abu Bakar keluar di siang hari. Saat matahari sedang
panas-panasnya. Umar melihat Abu Bakar, kemudian ia bertanya, “Apa yang
menyebabkanmu keluar di jam-jam seperti ini Abu Bakar?” “Tidak ada alasan lain
yang membuatku keluar (rumah), kecuali aku merasa sangat lapar”, jawab Abu
Bakar. Umar menanggapi, “Aku pun demikian -demi Allah- tidak ada alasan lain
yang membuatku keluar kecuali itu.”
Saat keduanya dalam
keadaan demikian Rasulullah keluar dan menghampiri keduanya. Beliau bersabda,
“Apa yang menyebabkan kalian keluar pada waktu seperti ini?” Keduanya
mengatakan, “Tidak ada yang menyebabkan kami keluar kecuali apa yang kami
rasakan di perut kami. Kami merasa sangat lapar.” Kemudian Rasulullah bersabda,
“Aku juga -demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya- tidak ada hal lain yang
membuatku keluar kecuali itu. Ayo berangkat bersamaku.”
Ketiganya pun beranjak.
Mereka menuju rumah Abu Ayyub al-Anshari
Setiap hari, Abu Ayyub
senantiasa menyediakan makanan untuk Rasulullah. Jika istri-istri beliau tidak
punya sesuatu untuk dimakan, beliau biasa ke rumah Abu Ayyub. Ketika ketiganya
sampai di rumah Abu Ayyub, istri Abu Ayyub, Ummu Ayyub, mengatakan, “Selamat
datang Nabi Allah dan orang-orang yang bersama Anda”. Rasulullah bertanya,
“Dimana Abu Ayyub?” Abu Ayyub yang sedang bekerja di kebun kurma mendengar
suara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia bersegera menuju rumahnya dan
mengatakan, “Marhaban untuk Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya.
Abu Ayyub berkata,
“Wahai Rasulullah, waktu ini bukanlah waktu kebiasaan Anda datang ke sini.”
“Benar,” jawab Rasulullah.
Abu Ayyub segera
memetikkan beberapa tangkai kurma kering, kurma basah, dan kurma muda. Kemudian
menawarkannya kepada Rasulullah, “Rasulullah, makanlah ini. Aku juga akan
menyembelihkan hewan untukmu,” kata Abu Ayyub. “Kalau engkau mau menyembelih,
jangan sembelih yang memiliki susu,” kata Rasulullah.
Abu Ayyub kemudian menghidangkan
masakannya. Rasulullah mengambil sepotong daging dan meletakkannya pada roti.
Kemudian beliau meminta Abu Ayyub, “Wahai Abu Ayyub, tolong antarkan ini untuk
Fatimah karena telah lama ia tidak makan yang seperti ini.”
Setelah kenyang, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Roti, daging, kurma kering, kurma
basah, dan kurma muda.” Beliau menitikkan air mata. Kemudian bersabda, “Demi
Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Ini adalah kenikmatan, yang nanti akan
ditanyakan di hari kiamat.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dikenal sebagai orang yang senantiasa membalas kebaikan orang
lain. Usai menyantap jamuan itu, Rasulullah berkata kepada Abu Ayyub, “Temuilah
aku besok.” Keesokan harinya, beliau memberikan seorang anak perempuan untuk membantu-bantu
di rumah Abu Ayyub. “Berbuat baiklah engkau padanya,” pesan Rasulullah kepada
Abu Ayyub.
Abu Ayyub kembali ke
rumahnya. Menemui istrinya dengan membawa budak perempuan itu. “Anak perempuan
ini diberikan Rasulullah untuk kita. Beliau mewasiatkan agar kita berbuat baik
dan memuliakannya.” Istrinya bertanya, “Kebaikan apa yang akan kau lakukan
untuk menunaikan wasiat Rasulullah itu?” “Yang paling utama adalah
membebaskannya dengan mengharapkan pahala dari Allah”, kata Abu Ayyub.
Mujahid Perang
Abu Ayyub al-Anshari
adalah seorang mujahid di jalan Allah. Dikatakan, tidak ada satu perang pun di
zaman Rasulullah yang tidak ia ikuti. Setelah Rasulullah wafat, ia tetaplah
seorang mujahid. Perang terakhir yang ia ikuti adalah di zaman Kekhalifahan Muawiyah
bin Abi Sufyan. Yaitu saat Muawiyah menyiapkan pasukan di bawah pimpinan
anaknya, Yazid, untuk menyerang Konstantinopel. Saat itu umur Abu Ayyub
mencapai 80 tahun. Perang tersebut menjadi perang terakhirnya. Dan ia
dimakamkan di sana.
Konstantinopel
Demikianlah, ketika
diketahuinya balatentara Islam tengah bergerak ke arah Konstantinopel, ia
segera memegang kuda dan membawa pedangnya, memburu syahid yang sejak lama ia
dambakan.
Dalam pertempuran inilah
ia menderita luka berat. Ketika komandannya datang menjenguk, nafasnya tengah
berlomba dengan keinginannya menghadap Ilahi. Maka bertanyalah panglima pasukan
waktu itu, Yazid bin Muawiyah, "Apakah keinginan anda wahai Abu
Ayub?"
Abu Ayub meminta kepada
Yazid, bila ia telah meninggal agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak
yang dapat ditempuh ke arah musuh, dan di sanalah ia akan dikebumikan. Kemudian
hendaklah Yazid berangkat dengan balatentaranya sepanjang jalan itu, sehingga
terdengar olehnya bunyi telapak kuda Muslimin di atas kuburnya, dan
diketahuinya bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan.
Dan sungguh, wasiat Abu
Ayub itu telah dilaksanakan oleh Yazid. Di jantung kota Konstantinopel yang
sekarang yang sekarang bernama Istanbul, di sanalah terdapat pekuburan
laki-laki besar.
Hingga sebelum tempat
itu dikuasai orang-orang Islam, orang Romawi dan penduduk Konstantinopel
memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan yang mencengangkan,
para ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu berkata,
"Orang-orang Romawi sering berkunjung dan berziarah ke kuburnya dan
meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan."
Jasad Abu Ayub
Al-Anshari masih terkubur di sana, namun ringkikan kuda dan gemerincing pedang
tak terdengar lagi. Waktu telah berlalu, dan kapal telah berlabuh di tempat
tujuan. Abu Ayub telah menghadap Ilahi di tempat yang ia dambakan.
Hikmah
Ada beberapa hikmah
paling tidak dapat kita teladani dari Abu Ayub ;
1 1. Kita harus kembali bertanya ke diri kita sendiri
,sudah seberapa murah hatikah kita ?
Apakah kita siap untuk
memberikan hal keduniawian yang kita punya untuk kepentingan agama atau saudara
seiman kita atau lebih luasnya kepada manusia lain ?
2. Sudah sejauh mana kita menghargai orang lain ?
Tanpa memikirkan segala predikat yang dibawa orang lain tersebut, hanya
mengharap ridho Allah Subhanahu wata’ala.
3. Kita harus cermati keterkaitan hadits
berikut yang sangat berkaitan dengan kisah sahabat Abu Ayub. Adanya
keterkaitan dan anjuran berkata baik ,memuliakan tetanggan dan memuliakan
tamunya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata
baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
[Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]
Referensi :
.- Ustadz Agung Waspodo