Monday, March 17, 2014

Kura – Kura Ninja [Gahar]








Kali ini Cav akan mereview tentang mainan Mas Wise … masih seputar hasil hunting juga.  Mainan ini  adalah Kura – Kura ninja alias Teenage Mutant Turtle (TMNT) versi gahar dengan tokohnya Michelangelo. Adalah hukum wajib kalo hunting barang loose  untuk meraba bagian bawah dari si item. Dan ini yang menarik bagian bawah dari item action figure ini  menyatakan bahwa ini diproduksi oleh Playmate  Mirage Studitahun 1995… yippiee another vintage lagi. 

Berselancar dan tenggalamlah di dunia maya untuk mencari info lebih lanjut. Dan memang item ini layak diteliti lebih lanjut, seri TMNT ini dirancang berdasar desain dan sketsa dari Jim Lee lewat mini komik TMNT-nya. Nah Om Jim Lee ini adalah komikus terkenal amerika yang jadi penggambar banyak komik superhero macam Batman, Superman, Justice League dsb.  Dan memang hasil gambar dan goresan Jim Lee untuk komik-komiknya lebih menggambarkan anti hero dibanding superhero. Dan pupil matanya juga ga dihadirkan, senada dengan model TMNT vintage yang memang ga mau menghadirkan TMNT yang unyu-unyu.

Kalo dari segi tampilan, jelas Michelangelo jadi lebih gahar di perspektifnya Jim Lee. Namanya juga loose tentu saja item ini kurang lengkap, kalo dari gambar yang masih MIB (mint in box) Senjatanya yang kurang lengkap. Eh, ada juga yang kurang lengkap…saudara-saudara Mike yaitu 3 TMNT lain…Ngarep :-p. Warna putih kontras dengan hijau badan si Mike, dan juga ada selang tambahan macam Bane nya The Dark Knight. 

Bentuknya bahkan lebih besar dari TMNT versi Nickleodeon yang baru rilis tahun kemarin. So, karena euforia TMNT bahkan digadang-gadang diremake sama Michael Bay (Sutradara Transformers-red) tahun ini dan juga Megan Fox yang jadi April O’neal nya. Item ini layak menjadi salah satu hasil hunting teroke bulan ini.

Sunday, March 9, 2014

CiNang…



Bila menilik kata cireng, secara epistomologis cireng berasal dari dua kata Aci dan Goreng ya memang kurang lebihnya ini adalah produk sagu yang dibumbui kemudian digoreng. Agak ambigu juga dengan kata ini, karena bila merujuk ke daerah asal penganan ini yaitu Jawa barat maka kata Goreng yang juga berarti jelek atau buruk tentu membuat penganan ini berkonotasi negatif senada dengan sebagian besar orang yang menilai bandung adalah kota wisata “ituan”.

Terlepas dari “ituan”, eh kok maksud saya dari arti bahasa. Cireng cukuplah populer di ibukota Jakarta sampai Tangsel sini, dengan merajalelanya tukang gorengan (menjual berbagai penganan kecil bertepung yang digoreng-red) yang setiap hari memikat secara visual dengan tampilan kaca gerobak gorengannya. Dan gorengan layak ditasbihkan sebagai makanan setiap waktu di Indonesia tercinta ini, pagi, siang hingga malam tak lepasnya kita ini dari gorengan.  

Kembali ke CiNang, seorang teman STM kami…okelah sebut inisialnya Ganang J menawarkan produk terkini, fantastik dengan keluaran mesin terbaru bernama … Cireng. Hahaha…lebay sekali ya pengantarnya, tapi yang menarik adalah bagaimana Cireng ini bisa membuat atau membantu sosialisasi antara manusia. 

Kalo Abraham Maslow dalam piramida kebutuhan menetapkan bahwa kebutuhan sosialiasi manusia ada di peringkat ketiga diatas kebutuhan manusia untuk mengaktualisasi dirinya. Maka kisah Mahabrata yang termahsyur itu pun menceritakan bahwa sosialisasi adalah cara para pandawa menyiapkan diri mereka secara jiwa dan raga untuk siap dalam perang Bharatayudha (Episode Pandawa kalah sayembara dan menyamar menjadi warga biasa – red). Nah Cireng ini dengan saktinya mampu juga menjadi media manusia untuk bersosialisasi lebih lanjut dengan teman-teman masa lalunya.

Oke, digampangkan pembahasannya. Sistem order Cireng ini bisa menjadi salah satu sarana sosialisasi dengan teman-teman angkatan enam yang memang sudah sulit untuk bertemu bila tidak dengan alasan “kerja”. Maafkan saya untuk tanda kutipnya, tapi memang di dunia yang tentu lebih besar dari daun kelor ini kebanyakan interaksi dengan teman-teman angkatan hanya karena terkait pekerjaan. 

Dan si Cireng ini memampukan beberapa manusia untuk menghindarkan batasan kebutuhan kerja dan aktivitas menjadi kebutuhan jual-beli, produsen-konsumen dalam bahasa lain. Kalau kita, okelah sebutlah saya membeli Cireng langsung di tukang gorengan…maka ya sudah setelah beli, gigit,telan dan sampai di usus besar selesailah proses ini. Atau menggunakan perbandingan yang sama saya pesan di kaskus atau toko bagus Cireng, maka setelah abang-abang Tiki JNE datang proses berikutnya adalah menunggu dengan manis istri tercantik menggoreng kemudian menyantap, telan, gigit dan sampai ke usus besar. 

Cerita cireng yang ini masih terkait sama penjual alias produsennya yaitu kang mase Ganang yang sudah terkenal seantero jagat persilatan dengan kapak naga geni 212 nya….loh kok bias gini. 

Cireng memampukan pertemuan dua orang yang atas dasar penjual dan pembeli kemudian beralih menjadi penjual mendapat orderan lain selain cirengnya tadi.  Lohh kok bisa, ya pasti ada korelasinya bilamana ada projek lain yang diberikan kepada juragan cireng karena beliaunya ini punya PT Palu Gada (Apa lu punya projek gua siap sedia).

Sekarang soal produk, ini produk cireng oke punya. Sehabis digoreng, renyahnya berasa banget dan juga sambel rujaknya yang memang pas ketemu jodohnya kaya bang ben ma neng ida royani. Mungkin yang diperlukan adalah SPG yang cantik macam Jessica Alba yang mau anter ke rumah atau sediain tester yang dah digoreng di pojok kantin..hehe.
Maka bolehlah sedikit bermuluk-muluk kalau kangmase ganang bisa tetap mempertahankan kualitas produknya. Kalo boleh meminjam bukunya Porter yang memuat Diferensiasi Produk, bahwa kalo produsen yang udah keren banget tuh brandnya udah terindentifikasi dan tertanam jelas di pelanggannya. Ya kalo yang dah kaya gini dah pasti loyalis banget tuh si pelanggan. 

Ya…lebih kurangnya ini cuma tulisan saya buat forum STM Angkatan Enam yang selalu saya cintai…Keep Spirit Up Brother.